About

TRI RAHMAH SILVIANI | 15709251035 | PMat A | UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Sabtu, 24 Oktober 2015

REFLEKSI PERTEMUAN KE – 6 PART 2

REFLEKSI PERTEMUAN KE – 6 PART 2.
Tri Rahmah Silviani | 15709251035
Selasa 20 oktober 2015
Ruang 305b gedung pasca lama.
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

PERBANYAKLAH PERBENDAHARAAN KATA UNTUK MENEMBUS RUANG DAN WAKTU

Setelah mengkoreksi hasil tes jawab singkat tentang batu “menembus ruang dan waktu” mahasiswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Secara langsung atau lisan ibu Retno Kusuma Dewi bertanya. Pertanyaanya bagaimana penjelasan dari tes jawab singkat tadi terkait dengan tingkatan batu, material, formal, normatif dan spiritual. 
Struktur batu yang diujikan tadi hanyalah sebagian dari semiliar struktur dari yang ada dan yang mungkin ada. Struktur itu banyak dan beragam jenisnya, struktur itu juga berstruktur. Contoh struktur yang lain , kiri dan kanan, atas dan bawah jauh dan dekat, siang dan malam. Itu merupakan struktur dunia, sadar atau tidak sadar semua mengalami siang dan malam, misalnya manusia tumbuh-tumbuhan maupun binatang mengalami struktur tersebut. Kenapa karena berfilsafat itu ekstensi dan intensif dalam sedalam-dalamnya luas seluas-luasnya. Kalau kita mengidentifikasi semua struktur yang ada dan yang mungkin ada maka tidak akan pernah selesai karena terbatas ruang dan waktu. Maka dari itu kita ambil struktur yang istimewa, yang strategi dan yang potensial. Semua yang ada dan yang mungkin ada bisa jadi senjata, batu senjata, gorden senjata, lampu senjata, oksigen senjata, karena benda-benda itu bisa saja menjadi pembunuh bagi kita, tetapi orang membuat senjata dengan efisien dan efektif. Misalnya pisau, senjata api atau laser. Maka dalam berfilsafat  ada struktur yang bermanfaat, yang efisien dan efektif yang bisa kita pakai. Material, formal, normatif, spiritual untuk menyadarkan diri kita.
Sebenar-benar hidup adalah ingin hidup yang baik, sifat-sifat hidup juga bermiliar-miliar. Sukses juga memiliki bermiliar-miliar indikator untuk bisa sukses maka direduksi menjadi sukses pada umumnya dewasa ini, misalnya mahasiswa punya laptop dan sebagainya. Sukses kekinian misalnya kalian lulus ujian, maka jika ingin sukses kriteria didalam filsafat adalah sopan dan santun sesuai ruang dan waktu. Sopan dan santun akan ruang dan waktu bukan sopan dan santun diam atau tidak tetap tetapi sopan dan santun yang dinamik, menembus ruang dan waktu. Maka batupun menembus ruang dan waktu karena diam-diam batu itupun mengikuti kalender, yaitu sadar atau tidak sadar yang menyadarinya adalah subyek batu.
Tes tadi merupakan contoh menembus ruang dan waktu, untuk menembus ruang dan waktu kita harus memiliki perbendaharaan kata. Sebenar-benar dunia adalah bahasa. Filsafat analitik, dunia itu adalah kata-katamu. Maka sebenar-benarnya kata-katamu itulah menunjukkanduniamu. Beradablah dalam berkata, karena sebenar-benarnya kata adalah do’a. Maka hati-hatilah jika engkau berkata dan marah, karena pemarah adalah sebenar-benarnya determinisme. Determinisme menembus ruang dan waktu yang salah. Perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Bijaksananya daerah yang satu dengan yang lain berbeda, marahnya laki-laki dan perempuan pun berbeda-beda tempramentnya. Naik motor juga beda cara duduk laki-laki dan perempuan. Jadi untuk menembus ruang dan waktu yang benar perbanyaklah perbendaharaan katamu jika kamu ingin mengerti apa yang kamu pelajari, dengan perbendaharaan kata juga kita bisa mengidentifikasi mana yang harus dilakukan mana yang harus dijauhkan, dan perbendaharaan kata juga mampu mengidentifikasi mitos dan logos.
Tes ini dalam rangka memperoleh keterampilan, jika di ekstensikan ini baru batu belum bilangan, batu diluar pikiran sedangkan bilangan didalam pikiran. Spiritualnya bilangan, normatifnya bilangan, secara ontologis batu dan bilangan berbeda jadi normatifnya batu berbeda dengan normatifnya bilangan. Batu tadi untuk mensimulasikan menembus ruang dan waktu. Aku bisa berfilsafat berangkat dari sebuah batu, berangkat dari sebuah bilangan, manusia, dan aku bisa membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada. Agar kita bisa membangun dunia kita memerlukan keterampilan menembus ruang dan waktu. Agar kita bisa menembus ruang dan waktu yang benar dan baik diperlukan pengetahuan perbendaharaan kata. Misalnya percaya, letaknya kepercayaan ada didalam hubungan diantara obyek dan subyek antara wadah dan isi, hubungan itu diluar dan dalam pikiran. Kepercayaan juga bisa digunakan untuk menembus ruang dan waktu. Jika diekstensi metode ilmiahnya kepercayaan adalah validitas. Kepercayaan dari suatu data adalah validitas isi. Kepercayaan dari tulisan ilmiah adalah validator. Makanya baca dan bacalah blog saya karena pertanyaan anda semua ada disana cuma tidak seperti mengambil batu kerikil dihalaman yang kelihatan langsung diambil. Sedikit keatas spiritual, beribu-ribu kali kamu memanggil nama tuhanmu belum tentu didengar karena mungkin adabnya salah begitupun dengan elegi-elegi saya beribu-ribu kali dibaca belum tentu engkau mengerti karena adabnya yang salah. Maka diperlukan kesabaran, keihlasan dan ketelatena. Dan sebagian para pembaca salah paham dalam mengartikan suatu elegi, misalnya pada elegi menyesali rumahku yang terlalu besar. Komentar salah satu pembaca mengatakan “makanya pak buat rumah jangan besar-besar” padahal makna yang terkandung disana adalah manusia sibuk dengan urusan dunia, tidak menyadari akan urusan akhirat. Jadi kita kehilangan idealisme gara-gara pragmatisme (budaya instan) sedangkan didalam koment filsafat itu dibutuhkan idealisme dari pembaca. Salah satu contoh lagi, rekaman kuliah filsafat pak Marsigit, komentarnya cuma apa “rekamannya bermanfaat pak amin”. Itu berati pembaca belum download rekamannya, belum mendengar rekamannya. “Namanya rekaman pasti bermanfaat pak.” Jadi adab yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami sebuah elegi tidak sesuai dengan adab yang seharusnya, maka dari itu untuk memahami elegi bapak Marsigit perbanyaklah perbendaharaan kata.
Sekali lagi diulangi oleh Prof marsigit, fungsi dari tes bukan semata-mata menguji tetapi mengadakan yang mungkin ada. Lebih menyadari “aku belum mengerti” itu penting, merasa mengerti padahal belum mengerti itu dinamakan sombong. Itu musuh besar diri kita dalam berfilsafat. Memerangi diri sendiri lebih berat daripada memerangi orang lain. Memerangi diri sendiri itu menyadari bahwa telah mengerti ketidak mengertianku. Orang pertama yang melakukan itu adalah Socrates. Ternyata “aku tidak bisa mengerti apapun”. Bukan berarti kita tidak komen elegi karena alasan tidak mengerti seperti ungkapan Socrates. Oleh karena itu sebagai orang dewasa yang bergaul dengan suami, suami itu dunia, dia merupakan struktur, kalau kita main paksa berarti kita menembus ruang dan waktu yang salah. Secara spiritual godaan syaitan secara psikologi potensi. Untuk menembus ruang dan waktu yang benar dibutuhkan pengetahuan tentang norma, adab yang berlaku.
Pertanyaan dari saudari Evvy Lusiana, Bagaimana menumbuhkan rasa kepercayaan kepada teman sedangkan saya selalu tidak percaya kepada dia?

Percaya itu ada didalam dan ada diluar hubungan. Didalm hubungan sebagai obyek dan diluar sebagai subyek. Jika obyeknya itu dirimu maka engkau itu sifat-sifatnya. Jika percaya didalam hati naik kepikiran benar, dan turun ke hati juga benar. Maka dalam berfilsafat mencari kepastian dan kebenaran. Jika engkau mencari kepastian itu tertangkap ruang dan waktu yang salah atau mitos. Kepastianmu itulah sebagai mitos kecuali keyakinanmu kepada agamamu, itu bukan mitos itu keyakinan. Mitos artinya sebatas yang engkau pikirkan urusan dunia. Memang didalam filsafat membongkar kepastian-kepastian. Didalam psikologi interaksi hati dan pikiran menghasilkan interaksi fenomena, aktivitas. Jika engkau bangun ketidak percayaan itu jadilah dunia ketidak percayaan. Tidak percaya dalam fiilsafat adalah skeptisisme. Tokohnya Rene Descartes. Rene Descartes punya pengalaman bermimpi, mimpinya betul-betul khusyu sehingga dia tidak bisa membedakan mimpi dan bukan mimpi karena itu konteksnya. Dunia mimpinya yang penuh salju, homogen, tidak ada serba serbi kehidupan begitu pula dengan dunia nyatanya, pantas antara dunia mimpi dan dunia nyata tidak ada perbedaan hampir sama. Maka dari mimpinya itu beliau meragukan adanya Tuhannya juga. Sehingga dia mencari kepastian, apa yang dijadikan tonggak kepastian, apakah sekarang sungguh-sungguh atau mimpi. Semuanya tidak ada yang menjamin bahwa sekarang kita berada didunia mimpi atau bukan. Didalam mimpi jika dicubit bisa sakit, ada siang ada malam dan sebagainya. Bahkan bertemu orangpun Rene Descartes bertanya apakah ini mimpi atau tidak, maka satu-satunya kepastian yang pasti  yang tidak bisa dibantah adalah “aku sedang bertanya” atau “aku sedang memikirkannya”. Kesimpulannya Rene D’Scartes sebenarnya aku tidak bermimpi tetapi betul-betul ada karena aku memikirkannya. Jadi aku ada karena aku berpikir (cogito ergo sum). Maka hati-hati dalam membuat komentar,  jika anda tidak membuat komentar maka aku anggap engkau tidak ada dalam perkuliahan filsafat ilmi ini warning bagi yang belum komentar elegi. Begitupula dengan keberadaan negara Indonesia di Internasional, jika tidak ada perwakilan Indonesia yang bicara di forum Internasional berarti Indonesia dianggap tidak ada. Begitupula jika engkau mengabaikan sifat-sifat adekmu maka engkau tidak dianggap oleh orangtuamu. Mengeleminisi sifat-sifat muridmu juga merupakan engkau tidak menganggap bahwa siswamu tidak ada, itulah pentingnya berpikir. Misalnya Indonesia menolong negara tetangga ketika musibah maka Indonesia dianggap ada oleh negara lain. Palestina mengibarkan benderanya itu bertujuan agar bangsa lain mengakui keberadaan Palestina. Itulah yang dipikirkan oleh Rene Descartes. Jika diekstensikan aku ada karena aku berkarya, maka dari pemikiran Rene Descartes timbul konsep ada, pengada dan mengada. Engkau ada karena engkau membuat komen. Ada etik dan estestika dalam berfilsafat. God fathernya anda itu Rene descartes, dengan tidak percaya kepada semuanya tetapi pada akhirnya dapat menemukan Tuhan. Filsafat itu bukan di Yunani atau disana tetapi filsafat itu adalah dirimu sendiri.bangunlah filsafat dari pertanyaan-pertanyaanmu. Kita bisa membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada, urusan pikiran memang kita sedang mengolah pikiran, jika engkau mulai ragu-ragu berhentilah sejenak dan berdo’alah. Do’a adalah continue agar valid penuhilah adab-adab dalam berdo’a. Semoga kita dapat membangun kecerdasan hati dan kecerdasan pikiran. Amin Allahumma Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar