About

TRI RAHMAH SILVIANI | 15709251035 | PMat A | UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Senin, 28 September 2015

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA
TRI RAHMAH SILVIANI | 15709251035
PPs PMat A 2015

Dalam penulisan karya ilmiah atau tesis pendidikan matematika diperlukan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan matematika. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, terkdang harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari penulisan tesis ini harapannya tesis ini berguna bagi pendidikan matematika. Masalah-masalah ini tertuang dalam latar belakang masalah dalam sebuah tesis.

Masalah :
1.      Kurangnya kompetensi guru dalam mengajar
Kenyataan
Harapan
1.     RPP tidak sinkron dengan kegiatan belajar mengajar di kelas
2.    Kurangnya pemahaman bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
3.    Belum mampu menyusun RPP sesuai dengan karakter siswa
4.   Pengetahuan pedagogic kurang maksimal
5.    Kurangnya koordinasi dan bertukar pikiran antar sesama guru matematika
6.   Guru tidak mengetahui letak kekurangan dan kelebihan dalam mengajar
7.    Guru menggunakan metode belajar yang monoton



1.     RPP dan kegiatan belajar sinkron
2.    Memperoleh pemahaman yang lebih baik bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
3.    Guru mampu menyusun RPP sesuai dengan karakter siswa
4.   Dapat membangun sebuah pengetahuan pedagogic seorang guru, dimana guru dapat memperoleh ilmu dari guru lain
5.    Guru saling mengkoordinasi dan bertukaran sesame guru mata pelajaran matematika
6.   Guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan pada saat mengajar
7.    Guru mampu menemukan metode belajar yang tepat

Solusinya.
Peningkatan kompetensi guru melalui MGMP menggunakan metode Lesson Study. Guru diberikan pelatihan oleh dinas tentang sosialisasi lesson studi, dinas pendidikan diharapkan ikut berperan dalam kegiatan trsebut dan mengundang guru-guru dari berbagai sekolah untuk mengikuti kegiatan lesson studi. Lesson studi diharapkan mampu  memberikan pemahaman yang lebih kepada guru guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

 Masalah :
       Pengembangan LKS
Kenyataan
Harapan
1.     Guru tidak mampu membuat LKS yang sesuai dengan karakter siswa
2.    Siswa yang memiliki sifat yang beraneka ragam sehingga terjadinya perbedaan kualitas kepintaran 
3.    Guru memakai LKS yang ditulis oleh orang lain
4.   Guru belum mampu membedakan soal yang termuat dalam LKS , yang harus diberikan kepada siswa yang pintar dan siswa yang tidak pintar
5.    Guru belum mampu menyusun LKS dengan baik dan benar
6.   Soal yang diberikan kepada siswa lebih sulit dengan contoh soal yang diberikan karena soal yang diberikan dari LKS yang ditulis orang lain
7.    Keterampilan guru masih kurang dalam kegiatan pembelajaran
8.   Guru tidak memiliki motivasi dalam pembelajaran
9.   Guru hanya menjalankan tugas sebagai guru
10.Guru kurang inovatif dalam mengajar
11.  Guru tidak mampu mengembangkan perangkat pembelajaran

1.     Guru mampu membuat LKS yang sesuai dengan karakter siswa
2.    Siswa yang kurang pintar diberikan motivasi dengan memberikan soal yang lebih mudah dibanding siswa yang pintar
3.    Guru tidak memakai LKS dari orang lain
4.   Guru mampu membedakan soal sesuai karakter siswa
5.    Guru mampu menyusun LKS yang baik dan yang benar
6.   Soal yang termuat dalam LKS tidak terlalu sulit
7.    Keterampilan guru lebih meningkat
8.   Guru memiliki motivasi
9.   Guru mampu bertanggung jawab 
10. Guru memiliki inovasi yang tinggi
11.  Guru mampu mengembangkan perangkat pembelajarn


Solusinya.
Pengembangan LKS yang disusun ole guru mata pelajaran itu sendiri. Guru mampu menerapkan metode belajar atau perangkat pembelajaran yang baik dan berguna.

 Masalah :
          Metode pembelajaran konvensional
Kenyataan
Harapan
1.     Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional
2.    Guru sangat dominan didalam proses belajar mengajar
3.    penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses
4.   siswa belajar secara individu
5.    sumber belajar cenderung stagnan
6.    topic yang digunakan guru tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
7.     Penugasan jarang diberikan
8.    Guru dan siswa jarang berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas
9.   Guru bukan sebagai mentor tetapi sebagai penceramah
10.Guru menganggap dirinya paling pintar
11.  Guru tidak memberikan kegiatan refleksi atas tugas yang diberikan
1.     Guru menggunakan metode project based learning
2.    Guru dan siswa sama-sama dominan didalam kelas
3.    Penilaian dilihat dari proses dan hasil akhir
4.   Siswa belajar secara kelompok
5.    Sumber belajar cenderung dinamis
6.   Topic pembelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
7.    Penugasan atau proyek selalu diberikan
8.   Guru dan siswa saling berkolaborasi
9.   Guru mwnjadi mentor bukan penceramah
10.Guru berinteraksi dengan siswa
11.  Guru memberikan kegiatan refleksi atas proyek yang dikerjakan



Solusi :
Guru tidak lagi mengajar dengan metode konvensional tetapi guru menerapkan metode PjBL pada proses kegiatan belajar mengajar.                                                                             



Minggu, 27 September 2015

REFLEKSI PERTEMUAN KE-3 FILSAFAT ILMU

Refleksi Pertemuan Ke 3
Tri Rahmah Silviani | 15709251035
Selasa 22 september 2015
Jam 11.10 – 12.50
PPs PMat A 2015
Ruang 305b gedung pasca lama.
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

MEMBANGUN FILSAFAT DENGAN IKHTIAR DAN DOA

Pada hari selasa 22 september 2015, kuliah pertemuan ketiga dengan filsafat ilmu, Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA membuka perkuliahan dengan membaca doa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Pada pertemuan ketiga ini bapak Prof Marsigit menjelaskan berbagai komponen filsafat dengan melakukan tanya jawab bersama mahasiswa PMat A, karena menurut Prof Marsigit, filsafat itu adalah ilmu yang kontekstual.

Pertanyaan pertama datang dari ibu Retno Kusuma Dewi. Pertanyaannya yaitu, “bagaimana menurut sudut pandang filsafat bahwa siswa cenderung memilih hal yang mudah, segala sesuatu yang dikerjkan itu menginginkan terjadi secara instan”. Tanggapannya dari Prof Marsigit,  beliau menyarankan kepada kami untuk membaca di http://uny.academia.edu/MarsigitHrd tentang “Narasi besar ideology dan politik pendidikan dunia”, disana beliau menguraikan sebab-sebab terjadinya sesuatu terjadi dari zaman yunani sampai zaman sekarang. Intisarinya bahwa kehidupan sekarang ini atmosfernya atau kurun waktunya memang sudah saatya seperti itu. Perjuangan dalam arti yang lain, kalau ada tesis pasti ada anti tesisnya. Tesisnya “Kalau memang ada yang mudah kenapa harus dipersulit atau kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit” anti tesisnya yaitu “Kalau bisa mengerjakan yang sulit kenapa harus pilih yang mudah”. Dari tesis dan anti tesis yang disebutkan itu secara psikologis kalau dikerjakan, dampaknya adalah dunia akhirat. Dari tesis dan anti tesis tersebut merupakan dua keadaan yang berbeda, keadaan dari sisi pelakunya : 
Tesis(keadaan 1) : pelaku tersebut mempunya sikap malas, mudah menyerah, tidak mau berkembang, nyaman dizona aman, tidak mau bekerja keras , gampang menyerah, masa bodoh, tidak mau melakukan hal-hal yang baru, motivasinya kurang, depensive, tidak cerdas, bodoh. Semiliar pangkat semiliartak mampu kita uraikan tentang keadaan pelaku itu karena itu bersifat duniawi
Anti tesis (keadaan 2): kreatif, cerdas, ingin tahunya tinggi, pekerja keras, ulet, ingin berkembang, banyak motivasi.
Hidup itu adalah interaksi antara keadaan pertama dan keadaan yang kedua. Jika ingin hidup yang lebih baik hijrahlah dari keadaan pertama menuju keadaan yang kedua. Jadi, jika kamu ingin hidupmu lebih baik maka kerjakanlah sesuatu yang sulit ketika kamu mampu untuk melakukan itu.
Pertanyaan kedua datang dari saudara Heru, pertanyaannya yaitu bagaimana pendapat filsafat tentang pendapatnya Steven hawking  yang menyatakan bahwa  tidak ada yang menciptakan alam semesta. Tanggapan Prof Marsigit, pertanyaannya sama saja seperti bagaimana pandangan agama tentang penemuan Charles Darwin bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera. Hukum sebab akibat, Bahwa jika setiap hari orang belajar terbang harapannya nanti manusia benar-benar bisa terbang, itu teori pengembanagn potensi diri atau teori perkiraan masa depan. Mengenai teori evolusi bahwa dasarnya menurut filsafat semuanya mengalami perubahan.  Mengidentifikasi  obyek filsafat yang terdiri dari yang ada dan yang mungkin ada, identifikasi sifat-sifatnya, dan salah satu sifatnya yaitu tetap dan berubah, “tetap didalam perubahan dan berubah didalam ketetapannya”.
Didalam filsafat tidak ada yang benar dan yang salah, Yang tepat adalah tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Menurut spiritual agama yang bersifat absolut, Al-qur’an bersifat absolut dan tidak bisa diamandemen seperti halnya UUD 1945, absolut juga bahwa nenek moyang kita adalah Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Orang sah-sah saja membuat teori, tikus terkena radiasi nuklir akan berubah menjadi kelinci atau yang lain. Silahkan anda berpikir tentang itu, belum ada jaminan bahwa engkau akan menemukan tuhan jika engkau  mencari tuhan dengan pikiran. Menurut Imam Gajali jika engkau ingin menemukan tuhannmu jangan engkau pikirkan saja maka kerjakanlah. Ontology gerak, maka beribadahlah, jika tuhan menghendaki maka engkau akan menemukan tuhanmu.
Contoh percakapan Prof Marsigit dengan salah satu Dosen dari salah satu universitas ternama di bagian barat belahan bumi :
Dosen  dari salah satu Universitas ternama : kenapa pak Marsigit mengajar matematika selalu diawali dengan doa, apa hubungannya doa dengan matematika?
Pak Marsigit : apakah anda percaya pada tuhan?
Dosen  dari salah satu Universitas ternama : belum, karena saya belum tahu. Saya akan melakukan kegiatan setelah saya memahami.
Pak Marsigit : apa anda tau akan bertemu saya hari ini?
Dosen  dari salah satu Universitas ternama : Tidak
Pak Marsigit : Karena saya percaya pada tuhan.
Dari percakapan itu terlihat bahwa Ketidak konsistenan dosen tersebut pada pendapat atau pikirannya sendiri, teori tidak cocok dengan praktek. Padahal dia tidak mengetahui akan bertemu dengan pak Marsigit pada hari itu, tetapi kenapa beliau datang pada hari itu padahal beliau belum memahaminya. Untuk mengetahui tuhan tidak cukup dengan pikiran saja tetapi masuklah ke ranah hati.
Dari Wikipedia, “Steven Hawking membandingkan agama dan ilmu pengetahuan pada tahun 2010, menyatakan: Terdapat perbedaan mendasar antara agama, yang berdasarkan pada otoritas, dan ilmu pengetahuan, yang berdasarkan pada observasi dan alasan. Ilmu pengetahuan akan menang karena memang terbukti. Pada September 2010, The Telegraph melaporkan, “Stephen Hawking telah menyatakan bahwa Tuhan bukan pencipta alam semesta”. Hawking menulis dalam bukunya, The Grand Desaign, bahwa “Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta”.”
Pernyataan atau teori ini jika dipikirkan memang benar karena ada bukti ilmu pengetahuan, tetapi itu hanya sebatas alam pikiran belum termasuk ranah hati. Tata surya dikatakan bisa membentuk dirinya sendiri, contoh kecil yang bisa saya bandingkan dari teori ini adalah sebuah laptop, apakah laptop bisa membentuk dirinya sendiri sedangkan laptop adalah sebuah sistem yang sama seperti tata surya yaitu sistem. Terbentuknya suatu aplikasi didalam laptop ini karena manusia yang membuatnya, mustahil laptop bisa merakit dirinya sendiri. Begitupun alam semesta, tidak mungkin alam semesta terjadi dengan sendirinya jika tidak ada yang mengaturnya. Tidak akan pernah ada sesuatu terjadi tanpa adanya subyek yang melakukan. Pada suatu penyusunan kalimat saja, jika tidak ada subyek didalam kalimat maka itu belum dikatakan sebuah kalimat.
Selanjutnya pertanyaan ketiga dari saudara Ricky, menanggapi pertanyaan dan jawaban yang tadi kenapa teori Charles Darwin bisa diterima dan dipublikasikan padahal belum terbukti kebenarannya. Tanggapan Prof Marsigit, sebuah teori bisa dikenal karena :
 1. Ada bukunya sebagai rujukan
2. Dipublikasikan
3. Ada sponsosive (dihidup-hidupkan) dan
4. Ada manfaatnya. 
Contoh : kenapa sepeda motor dibuang ketika seseorang pergi ke Jakarta padahal motor itu bermanfaat untuk ke station atau bandara. Artinya kenapa kita tidak menggunakan teori yang ada untuk menemukan teori yang lain, kita bisa menemukan ilmu yang lain dengan pikiran dan hati kita dari teori itu.
Kalau saya memikirkan teori big bang, orang berpikir liar tanpa batas bahwa alam semesta terjadi begitu saja tanpa ada yang membentuknya. Dari kacamata agama itu merupakan kesombongan yang luar biasa. Kecerdasan ilmu dipakai untuk menyombongkan diri. Sehebat-hebatnyadia manusis berteori dia tetap manusia. Membuka tabir siang tabir malam dieliminasi, agar filsafat tetap dalam koridornya tetapkan hati anda, begitu engkau percaya dan yakini tentang teori itu maka kita akan terjerumus ke ranah itu.
Teori Big Bang yaitu : Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan “Big Bang”. Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah membentuk galaksi-galaksi. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah diciptakan dari satu wujud, dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah SWT.
Yang ada dan yang mungkin ada memiliki wadah dan isi, dan isi merupakan wadah yang memiliki isi, begitu seterusnya. Dunia itu berstruktur yaitu wadah dan isi. Wadah dan isi yang banyaknya bermiliaran itu terangkum menjadi satu, yaitu kuasa tuhan.  Orang didunia yang sifatnya plura bersikap tunggal itulah kaum fatal, yang menyerahkan hidupnya 100% kepada takdir. Urusan akhirat fatal urusan dunia vital, berihktiarlah seakan-akan kita masih hidup seribu tahun lagi dan berdoalah seakan-akan kita akan meninggal besok. Aliran monoisme urusan langit atau takdir. Yang tetap didalam pikiran, yang tunggal didalam pikiran, yang lainnya hanya sebagai contoh-contohnya saja.
Pertanyaan selanjutnya dari saudari Ulin berkaitan dengan takdir, salah satu taqdir tuhan yaitu kematian dan cara kematian orang berbeda-beda, ada yang bunuh diri atau dibunuh atau dengan cara lainnya. Pertanyaannya apakah bunuh diri sudah merupakan taqdir tuhan?. Tanggapan prof Marsigit, Jadi cara pandang berdimensi dari sisi filsafat yang namanya takdir adalah sesuatu yang sudah terjadi, tetapi menurut spiritual yang belum terjadipun merupakan takdir. Sesuatu yang belum terjadi masih bisa di ikhtiarkan atau diusahakan, fatal itu takdirnya vital itu ikhtiarnya. Hidup manusia tidak lepas dari takdir, hidup itu pilihan, yaitu pilihan tuhan.
 Jadi kesimpulan yang bisa diambil dari pertanyaan ini yaitu, takdir manusia memang sudah ditulis di Lauh mahfudzh akan tetapi kegunaan manusia hidup adalah berikhtiar atau berusaha dan berdoa, tidak ada taqdir manusia yang buruk. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri yang merubahnya, jika tidak ada ikhtiar dan do’a didalam hidup, yakinlah bahwa syaitan akan selalu mengganggu ketentraman taqdir manusia sehingga timbullah dosa-dosa manusia karena sebenar-benarnya syaitan hanya ingin merubah taqdir manusia agar sama seperti taqdir mereka.
Pertanyaan selanjutnya dari saudari Azmi, apakah filsafat itu bertentangan dengan motivator. Tanggapan dari Prof Marsigit, Segala sesuatu berpasang-pasangan, setiap yang ada dan yang mungkin ada adalah tesis dan setiap yang ada dan yang mungkin ada  memiliki anti tesis. Motivator itu mengembangkan potensi diri. Bedanya motivator dan filosofer atau adalah kalau motivator merupakan kontrol dan kendali sedangkan filosofer atau psikolog, mereka merefleksikan diri dari pengalaman-pengalaman kemudian baru mereka mampu berjalan menuju ke tahap-tahap yang lebih terperinci.
Pertanyaan saudari Fitri, Bagaimana mensinergikan hati dan pikiran. Tanggapan dari Prof Marsigit, pendapat Immanuel kant, bahwa isi tidak sama dengan wadah, itu yang disebut kontradiksi. Prinsip identitas hanya terjadi didalam pikiran (Plato), dunia anak itu diluar pikiran(Aristoteles). Tidak mungkin, mustahil mensinergiskan hati dan pikiran karena hidup itu kontradiksi. Dengan kontradiksi itulah manusia bisa hidup. Kedudukan kontradiksi itu, semakin rendah posisi semakin tinggi kontradiksinya. Semakin tinggi posisi semakin rendah kontradiksi. Yang mengalami kontradiksi hanya manusia karena manusia ada pada level rendah, dan yang memeiliki kedudukan paling tinggi yaitu Tuhan, Tuhan tidak memiliki kontradiksi. Jangan sampai kontradiksi itu turun kehati, karena yang mampu menghilangkan keraguan pikiran adalah hati dengan meminta pertolongan tuhan.
                Kesimpulan yang bisa saya ambil dari pertemuan ketiga ini adalah, hidup itu adalah kontradiksi, ada tesis pasti ada antitesisnya. Teori-teori manusiapun memiliki kontradiksi, jangan meyakini teori-teori manusia jika ingin filsafatmu masih dalam koridornya, gunakanlah teori itu sebagai jalan untukmu menemukan tesis-tesismu, karena keputusan tertinggi dalam pikiran dan hatimu adalah yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT yang terangkum didalam Al-Qur’an. Taqdir Allah memberikan ketidak sempurnaa manusia didalam kesempurnaannya, jika kamu ingin merubah taqdirmu maka berihktiar dan berdo’alah.  



Minggu, 20 September 2015

REFLEKSI PERTEMUAN KE-2 FILSAFAT ILMU

Refleksi Pertemuan Ke 2
Tri Rahmah Silviani | 15709251035
Selasa 15 september 2015
Ruang 305b gedung pasca lama.
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

OBYEK FILSAFAT ADALAH YANG ADA DAN YANG MUNGKIN ADA

Pada hari selasa 15 september 2015, kuliah pertemuan kedua dengan filsafat ilmu, Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA membuka perkuliahan dengan membaca doa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Pada pertemuan kedua ini bapak prof Marsigit menjelaskan berbagai komponen filsafat.
Obyek filsafat adalah yang “ada” dan yang “mungkin ada”. Apa yang dimaksud dari kata yang ada dan yang mungkin ada? Kedua kata itu mengacu ke kejadian yang dialami oleh manusia,  kejadian itu terjadi terus menerus, satu milliar pangkat satu milliarpun tak mampu mendifinisikan karakter yang “ada” dan yang “mungkin ada”. Contohnya kejadian diwaktu lampau bisa menjadi yang  “mungkin ada”, tetapi yang “mungkin ada” bagi siapa dulu? “ada” bagi saya belum tentu “ada” bagi dirimu, “ada” bagi dirimu belum tentu “ada” bagi diriku dan “ada”ku bisa saja “mungkin ada” bagi dirimu, “ada”mu bisa saja “mungkin ada” bagi diriku. Bisa saja “ada” untuk diriku dan “ada” untuk dirimu. Contoh “ada” bagi bapak Marsigit dan “mungkin ada” bagi mahasiswa kelas A, bapak Marsigit berkata: siapa yang mengetahui tentang tanggal lahir cucu saya? Kemudian mahasiswa kelas A tidak ada yang bisa menjawab tentang itu. Bapak Marsigit mengatakan, Itu berarti “ada” dalam diriku tetapi tidak ada bagi dirimu tetapi melihat potensinya bisa jadi “mungkin ada” bagi dirimu.
Belajar filsafat pada hakikatnya yaitu mengadakan dari yang “mungkin ada” menjadi ada. Sehebat-hebatnya dirimu tak akan mampu mengetahui tanggal lahir cucu saya artinya manusia tidak mengetahui seluruh kejadian yang ada dimuka bumi ini akan tetapi jika engkau diberikan anugerah untuk mengetahui semuanya maka manusia tak mungkin hidup karena yang tidak sempurna itulah kehidupan . Karunia Tuhan memberi keterbatasan dalam hidup manusia supaya manusia bisa hidup. Contohnya frekuensi suara, jika kamu bisa mendengarkan semua frekuensi suara dimuka bumi ini maka manusia tidak akan bisa hidup karena mendengar frekuensi suara yang bermacam-macam, bisa jadi membuat gendang telinga manusia rusak atau meninggal pada saat itu.
Bapak Marsigit mengatakan cucu saya lahir tanggal 24 desember 2011, menyebabkan kami didalam ruangan tersebut menjadi mengetahui kapan tanggal lahir cucunya, sehingga kejadian “ada” untuk bapak Marsigit menjadi “ada” pula untuk mahasiswa kelas A. kejadian dari “mungkin ada” menjadi “ada” tergantung konteksnya, bisa lewat cerita atau lewat membaca atau bisa lewat kegiatan lainnya. Untuk kejadian yang “ada” untuk bapak marsigit dan yang “ada” bagi mahasiswa kelas A yaitu kegiatan perkuliaha pada hari ini.
Mengetahui tanggal lahir cucu bapak Marsigit itu baru wadahnya belum isinya. Jika kita menyebutkan nama seseorang seribu kalipun itu hanya baru wadahnya saja, atau melihat rupanya, itu juga merupakan bagian dari wadah seseorang tersebut, tetapi seseorang itu sendiri ada dimana? Jika kita menjawab seseorang itu ada di suatu tempat maka itupun baru raga / badan dari seseorang itu yang merupakan bagian dari wadah tersebut. Dimana isi dari wadah tersebut, tugas berfilsafat untuk  menjawabnya.  Jawabannya adalah ada  didalam hati dan pikiranmu. Seseorang yang ada dalam pikiranmmu seperti apa? Satu diantara semilliar karakter takkan cukup kamu sebutkan untuk menggambarkan sifat atau karakter seseorang tersebut. Maka yang ada dalam pikiranmu adalah wadah yang  berisi, wadah itu seseorang itu kemudian isinya yaitu karakter seseorang tersebut.
Kalau kamu bisa menjelaskan karakter seseorang itu menuju sempurna, itu hebat tapi jika kamu menjelaskannya dengan sempurna maka kamu tidak hidup lagi. Bahkan dirimu tak mampu menyebut semua karakter sifat dirimu maka kamu tak pernah tuntas mengetahui dirimu. Maka sebenar-benarnya dirimu tidaklah akan pernah sama seperti namamu, hidupmu itu tidak konsisten didalam kekonsistensianya dan sebaliknya hidupmu konsisten  didalam ketidak  konsistensianya. Semilliar katapun tidak akan mampu menyebutkan perilakumu dari kamu kecil sampai sekarang. Sebenar-benarnya manusia tidak sesuai dengan namanya. Kenapa? Bahwa prinsip berfikir menurut Immanuel Kant ada dua yaitu:  1. Prinsip kontradiksi karena memang predikat tidak sama dengan subyeknya.  Contoh rambut hitam, sampai kiamatpun hitam tidak akan sama dengan rambut, rambut sebagai subyeknya sedangkan hitam adalah predikat dari rambut. Rambut itu wadah, isinya hitam atau pada contoh sebelumnya sesorang itu subyek atau wadahnya sedangkan karakternya adalah isi atau predikatnya. Sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara wadah dan isi. Hanya Tuhan yang sama dengan namanya. 2. Hukum identitas a=a, dalam ilmu matematika a sama dengan a sedangkan menurut filsafat a tidak sama dengan a, a pertama lebih dulu ditulis sedangkan a kedua diitulis setelah sama dengan, bisa jadi a pertama kurus dan a kedua gemuk, kenapa bisa berbeda? karena filsafat peduli akan ruang dan waktu. Menurut filsafat, ilmu metematika itu ada dua yaitu aritmetika dan geometri dan yang selanjutnya hanya gabungan atau variasi dari keduanya. Aritmetika sebagai waktu, geometri sebagai ruang.
Bahasa filsafat itu bahasa analog yaitu bahasa yang sangat lembut, jarak antara pikiran dan hati adalah antara dunia dan akhirat. Cara mempelajari filsafat yaitu dengan metode hidup,  metode hidup adalah secara kodrati ciptaan Tuhan, misalanya dari pengalaman hidup. Seharusnya  mempelajari matematika itu dengan metode hidup, belajar tanpa menyadarinya tetapi mampu memahami agar tidak terjadi kegoncangan dalam pikiran.  Pada akhirnya nanti engkau akan mempunya filsafatmu sendiri jika kamu menggunakan metode hidup dalam mempelajari filsafat.
Problem  filsafat ada dua macam. 1. Jika dia diluar pikiranmu yang jadi masalah ialah bagaimana kamu mengertinya. 2. Jika dia yang engkau pikirkan itu ada dalam pikiranmu maka bagaimana kamu mampu menjelaskannya.
Contoh sebuah benda atau kacamata yang diletakkan diatas meja  berarti kaca mata tersebut sudah ada diluar pikiran kita karena kita melihat fisik dari kacamata tersebut, tetapi akan ada didalam pikiran kita jika kita memikirkannya. Kemudian kacamata itu dibungkus, menurut aliran filsafat  realist murni mengatakan bahwa kacamata itu hilang karena tidak bisa dilihat, tidak bisa disentuh wujudnya. Aliran kedua yaitu Idealis mengatakan masih jelas sekali bahwa kacamatanya ada karena sudah dipikirkan, aliran ini menganggap ada walaupun bendanya hilang yang penting sudah ada ada dalam pikirannya. Tokohnya yaitu Plato dan Aristoteles, Plato adalah penganut idealis dan Aristotels penganut realist murni. Plato menganggap bahwa yang tidak bisa dilihat dan disentuh masih bisa kita rasakan sedangkan Aristoteles menggap bahwa yang bisa dilihat itulah yang ada dan yang tidak bisa dilihat ialah tidak ada. Pada perkembanagan ilmu dan Teknologi, Plato bisa menjadi Aristoteles, begtipun Aristoteles bisa menjadi Plato.  Saran bagi guru SD yaitu, gunakan metode pembelajaran aristoteles karena pendiidkan anak dewasa dengan anak-anak itu berbeda, anak-anak lebih membutuhkan pelajaran yang real, mereka belum mampu menganalisa seperti aliran idealis. Guru-guru yang tidak paham karakter anak muridnya adalah musuh filsafat. Rusaknya dunia ini karena motif orang-orang yang membutuhkan ekonomi bukan karena panggilan nurani. Ketidak telitian manusia, kecerobohan manusia menjadi kelemahan manusia. Dari ketidak telitian dan kecerobohan manusia itulah yang menyebabkan manusia bisa hidup. Manusia  hanya bisa menuju keketuntasan dan kesempurnaan, jadi berusaha menuju ketuntasan dan kesempurnaan itu.

Setelah selesai menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada, bapak Marsigit memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Seorang dari kami bertanya tentang definisi lupa ketika manusia sudah melakukan kegiatan dan mensavenya didalam pikiran,  Jawaban bapak marsigit tentang lupa yaitu ingatan atau kejadian yang pernah “ada” sudah bergeser diluar pikiran manusia. Bersyukurlah kita karena diberikan sifat lupa, karena jika kita mengingat semua kejadian yang kita alami baik itu baik maupun buruk maka manusia akan menjadi stress. Supaya itu tidak terjadi, perlahan-lahan Tuhan menggeser ingatan kita, tetapi tidak menghilangkannya sama sekali karena jika kita diingat kembali tentang kejadian atau kegitan itu perlahan-lahanpun Tuhan menggembalikan ingatan itu. Pertanyaan kedua dari mahasiswa yaitu tentang salah dan benar, Didalam filsafat tidak ada salah dan benar, istilah salah dan benar hanya ada dalam dunia psikologi atau orang awam. Dalam ilmu agamapun tidak ada salah dan benar, yang ada hanya kata ikhlas dan tidak ikhlas, iklas berarti benar dan tidak ikhlas berarti salah. Dalam ilmu filsafat benar itu sesuai dengan ruang dan waktu, sedangkan salah tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sebenar-benar hidup berusaha untuk mencapai ruang dan waktu, ruang dan waktu bersifat relative sesuai konteks tata krama kehidupan. 

Rabu, 16 September 2015

METODOLOGI PENELITIAN

MATH EDUCATION PROBLEMS

Tulisan ini adalah hasil diskusi bersama mahasiswa kelas PMat A PPs UNY 2015 pada mata kuliah metodologi penelitian yang dibimbing oleh ibu Dr. Heri Retnowati.

Pendidikan adalah kegiatan pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan biasanya bisa didapat secara otodidak tetapi umumnya pendidikan didapat dari orang lain.
 Setiap kegiatan dalam kehidupan pasti terdapat masalah-masalah yang dihadapi, begitupula dengan pendidikan khususnya pendidikan matematika. Pada dasarnya setiap masalah pasti selalu ada pemecahannya, pemecahan masalah bisa diketahui jika pelaksana pendidikan melakukan riset atas kegiatan pendidikan.
Ada beberapa masalah pendidikan yang dialami oleh pelaku pendidikan matematika seperti guru, siswa, kepala sekolah, dinas pendidikan, dan orang tua yang kami diskusikan pada kegiatan  proses belajar metodologi penelitian, yaitu :

1.    Guru
·      Kurikulum yang diatur oleh pemerintah membuat guru kaku dalam mengajar
·  Kepribadian/kompetensi guru yang kurang memadai menyebabkan kurangnya kinerja guru
·    Permasalahan ekonomi yang mengharuskan guru bekerja bukan karena panggilan nurani menyebabkan guru tidak mampu menyiapkan diri untuk mengajar dengan baik
·      Kurang bervariasi dalam menyiapkan metode pembelajaran
·      Kurangnya motivasi dalam diri guru
·      Kurangnya pelatihan yang diberikan kepada guru
2.    Siswa
·   Ketertarika terhadap guru karena dari berbagai aspek seperi, cara mengajar guru atau karakter guru itu sendiri
·      Pembelajaran yang monoton menyebabkan anak kurang tertarik dengan pelajaran
·      Matematika dianggap sulit karena rumus-rumus yang dianggap banyak
·    Siswa belum memahami materi prasyarat, sehingga sulit untuk memahami materi berikutnya
·      Pemahaman buku yang kurang karena materi yang terlalu abstrak
·      Penerapan waktu lima hari kerja membuat siswa kurang konsentrasi
·    Kemampuan siswa yang variatif, yang kurang pintar merasa minder yang disebabkan dari berbagai faktor seperti (orangtua, lingkungan)
·    Fasilitas yang dimiliki siswa kurang sehingga tidak menunjang kegiatan belajar siswa
·      Jadwal belajar khusus MIPA yang sesuai dengan kondisi berpikir siswa
·  Perjuangan yang kurang sehingga menyebabkan rasa malas dan kurang tertarik karena tidak sesuai dengan cita-cita anak
·  Kecemasan ketika ujian karena kurangnya persiapan atau pemahaman terhadap materi
·   Kondisi tubuh menyebabkan kondisi fisik dan kurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
·      Kecanduan game, computer atau internet sehingga pendidikan diabaikan
3.    Kepala sekolah
·    Kepala sekolah kurang memonitori kegiatan sekolah disebabkan karena jadwal yang  padat
·      Pengetahuan IT yang kurang
·      Kurangnya pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah
·      Niat menjadi kepala sekolah karena ekonomi dan status sosial, ini hanya berlaku jika dalam perekrutan kepala sekolah tidak menggunakan prosedur yang ada
·      Pengelolaan dana sekolah kurang optimal
·      Manajemen kepemimpinan kurang memadai
·      Sosialisasi atau hubungan dengan guru-guru kurang sehat
4.      Dinas pendidikan
·      Evaluasi pelatihan yang diselenggarakan dinas tidak merata
·      Pelatihan kurang efektif baik tempat maupun waktu
·      Kurang monitoring, hanya melaksanakan tugas
·      Pemerataan dana pendidikan
·    Dana pemerintah tidak 100% diterima, daya serap 100% tetapi tidak sesuai dengan alokasinya  
·      Sistem Pelayanan administrasi
5.    Orang tua
·      Biaya pendidikan
·      Fasilitas untuk anak kurang memadai
·      Wawasan orang tua yang minim menyebabkan anak kurang mendapat pendidikan melalui orangtua
·      Tuntutan terhadap anak untuk mengikuti apa yang mereka mau
·      Komunkasi yang tidak lancar karena kesibukan orang tua
·      Tidak ada keteladanan yang ditunjukkan pada anak
·      Pola pemilihan sekolah yang tidak tepat menyebabkan anak kurang bersemangat
·      Orang tua kurang peka terhadap kebutuhan siswa
                                                     
Selain masalah yang dialami oleh pelaku pendidikan, ada beberapa faktor masalah lagi yang kami bahas dalam diskusi ini terkait pendidikan matematika, yaitu:
1.    Lingkungan
·      Kurangnya sarana dan prasana
·      Suasana akademis yang tidak memungkinkan untuk belajar
·      Suasana hijau yang kurang
2.    Matematika
·      Soal yang diberikan tidak sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari
·      Pola pikir bahwa rumus matematika tidak untuk dihafal tapi untuk dipahami
·      Kurangnya pemahaman ilmu dasar matematika
·      Materi yang diberikan tidak sesuai dengan tingkat penalaran siswa
·      Tingkat kesulitan soal
·      Konsep belum diketahui manfaatnya
·      Matematika simbolik
·      Materi padat, menghafal
Demikian refleksi hasil diskusi mahasiswa PMat A PPs UNY 2015 pada pertemuan pertama dan kedua. Semoga kami sebagai calon guru mampu memberikan solusi bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia.