STRUKTUR
PEMIKIRAN PHYTAGORAS
Tri Rahmah Silviani |
15709251035
Senin, 15
Februari 2016
Ruang 102 Gedung Lama Pascasarjana.
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh
Tulisan ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Model. Mata kuliah ini
mempelajari tentang struktur atau model ilmu matematika dari waktu ke waktu.
Tujuan dari mata kuliah ini yaitu agar mahasiswa mampu memahami dan
mengidentifikasi struktur atau model pemikiran
dari para filsuf, ilmuwan, educationist, matematikawan serta pendidik
matematika. Tulisan pertama saya yaitu tentang struktur pemikiran dari filsuf
serta matematikawan Phytagoras. Phytagoras berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini
merupakan bilangan maka Ia dikenal sebagai “Bapak
Bilangan”.
Phytagoras memberikan
sumbangsi pemikiran yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada
akhir abad ke-6 SM. Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di
daerah Ionia. Dua filsuf yang memberikan
pengaruh
terhadap pemikiran Phytagoras dan memperkenalkannya kepada ide-ide matematika
yaitu Thales dan muridnya, Anaximander. Pandangan Phytagoras bahwa harmoni terjadi berkat angka.
Bila segala hal adalah angka, maka segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur
dalam hubungan yang proporsional dan teratur. Semasa
kecil, Phytagoras pernah menyusun kerikil dalam bentuk segi-tiga dengan jumlah
kerikil yang berbeda namun berurutan,
yaitu:
1 = 1
1 + 2 = 3
1 + 2 + 3 = 6
1 + 2 + 3 + 4 = 10
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
1 + 2 + 3 = 6
1 + 2 + 3 + 4 = 10
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
1 + 2 + 3 + 4
+ 5 + 6 = 21
Dengan menjumlahkan 2 angka yang
bersebelahan akan ditemukan hasil suatu bilangan yang dikuadratkan, seperti:
1 + 3 = 4 (2
x 2)
3 + 6 = 9 (3
x 3)
6 + 10 = 16
(4 x 4)
10 + 15 = 25
(5 x 5)
15 + 21 = 36 (6 x 6)
Penyusunan kerikil ini ternyata memicu terjadinya
rumus Phytagoras yang sering disebut dengan teorem Phytagoras yaitu: a² + b² = c² ,
dimana a dan b mewakili sisi-sisi siku-sikunya dan c merupakan hipotenusanya. Teorema
ini menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu
segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya
(sisi-sisi siku-sikunya). Pada dasarnya teorema
ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Phytagoras, namun teorema ini dikenal sebagai temuan Phytagoras
karena beliaulah yang pertama membuktikan teorema ini secara matematis. Angka nol tidak
dikenal dalam kamus Yunani, menggunakan angka nol berarti melanggar hukum alam
bagi orang-orang Yunani. Angka nol jika dibagi dengan suatu angka atau bilangan
dapat menghancurkan logika. Phytagoras
juga tidak dapat memecahkan problem dari
konsep matematika yaitu bilangan irrasional, yang sebenarnya juga merupakan
produk teorema Phytagoras a² + b² = c² .
Konsep ini juga menyerang sudut pandang Phytagoras
dan murid-muridnya, namun dengan semangat persaudaraan konsep tersebut tetap dijaga
sebagai sebuah rahasia. Anggapan dasar Pythagoras adalah segala sesuatu yang
masuk akal dalam alam semesta berkaitan dengan kerapian, proporsi tanpa cacat
atau rasional. Jika suatu bilangan
ditulis dalam bentuk a/b maka
bilangan b tidak boleh sama dengan nol karena dengan itu
akan menimbulkan bencana.
Phytagoras
dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan
matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur. Ia
percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan
dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika muridnya Hippasus
menemukan bahwa hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi
siku-siku masing-masing 1 merupakan bilangan
irasional, Phytagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah
bukti yang diajukan Hippasus.
Sumber:
http://miftasmart-key.blogspot.co.id/2011/04/pemikiran-phytagoras-2.htm
http://nafi14.blogspot.co.id/2013/01/phytagoras.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar