PERJALANAN FILSAFAT
REFLEKSI
PERTEMUAN KE 8
Tri Rahmah
Silviani | 15709251035
Selasa
10 November 2015
Ruang
305b gedung pasca lama.
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh
Pada
pertemuan ke delapan ini Prof. Dr. Marsigit, MA akan membahas filsafat secara
umum dari filsuf terdahulu sampai saat sekarang jaman kontemporer. Perkuliahan
ini dengan biasa selalu diawali dengan do’a. Prof Marsigit mengingatkan kepada
kami untuk selalu membaca dan memposting komentar pada bacaan di blognya beliau
http://powermathematics.blogspot.co.id.
Jika ingin mengomentari elegi atau bacaan jangan copy paste kalimatnya orang
tetapi sintesiskan tesis dan antitesismu, jika mengcopy paste kata atau bahasa
orang maka jangan lupa mencantumkan nama penulis tersebut agar tidak terjadi
plagiat.
Obyek
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang kita pikirkan tidak lain tidak
bukan adalah sifat-sifatnya dan hubungan antara sifat-sifatnya dengan
strukturnya. Yang ada dan yang mungkin ada itu semiliar pangkat semiliarpun tak
mampu dinukilkan sampai kapanpun, jika aku bisa menyebutkan maka aku tak bisa
kembali atau tak bisa hidup lagi maksudnya bahwa manusia tak mampu
mendefinisikan sifat yang ada dan yang mungkin ada sampai kapanpun karena
manusia terbatas pada ruang dan waktu. Kita memiliki filsafat reduksionisme
karena memang sifat manusia itu sebagai reduksifis, misalnya manusia diberikan
pilihan A dan B oleh Allah SWT kemudian berdasarkan sintesisnya manusia memilih
yang A berarti manusia tersebut telah mereduksi pilihan B. Hidup itu pilihan,
lahir itu dipilihkan Allah SWT atas otonomi orangtua. Maka kita memilih
sifat-sifat yang kita pikirkan, terserah dan tergantung kita mau mebangun apa.
Saya
memilih dua sifat, yang satu dengan yang lain saling kontradiksi dan saling anti
tesis. Sifat-sifat itu ialah bersifat tetap
dan bersifat berubah. Yang tetap itu
misalnya saya tetap menjadi manusia dalam ruang dan waktu yang berbeda,
misalnya kecil, besar, meninggal saya tetap dikatakan sebagai manusia. Yang
tidak tetap itu adalah sifat-sifatku yang dari hari kehari berubah, misanya
nama ku yang berubah dari Marsigit, menjadi Prof Marsigit atau
pemikiran-pemikiranku dan lain sebagainya.
Yang
tetap itu tokohnya Permenides
maka dikenal filsafat permenidesiaisme. Yang berubah
tokohnya Heraclitus, yang dikenal dengan
heraclitusianisme. Yang bersifat tetap habitatnya didalam pikiran dan yang
berubah itu habitatnya didalam pikiran. Yang didalam pikiran bersifat absolut
atau ideal maka kita memiliki fisafat absolutisme dan idealisme, tokohnya Plato atau filsafatnya platonisme. Yang diluar
pikiran bersifat real atau nyata maka adanya filsafat realisme tokohnya Aristoteles atau filsafatnya Aristotelianisme.
Yang tidak tetap bersifat relatif disebut dengan filsafat relatifisme, bersifat
kontradiksi I
I, dan bersifat konkrit sedangkan yang tetap
bersifat identitas I = I.
Yang
bersifat relatif itu berdasarkan persepsi, maksudnya persepsi itu dapat
dilihat, dapat diraba atau disentuh atau dapat didengar, kebenarannya bersifat
cocok atau korespondensi, maka muncullah filsafat korespondensialisme. Yang
bersifat absolut kebenarannya yang penting konsisten, pikiran akan menjadi ilmu
jika dia konsisten, mau melakukan apapun tidak masalah, tak bermakna atau tak
semiotik sepanjang dia mau memperlihatkan konsistensinya, misalnya matematika
murni, apapun soalnya maka akan menuju atau mengarah kepada suatu teorema.
Contohnya 2 + 5 = 7, tidak peduli apakah 2 buku + 5 pensil = 7 buku, yang
penting tetap konsisten dan bersifat abstrak.
Filsafat
tidak sekedar konkrit tidak sekedar abstrak. Konkrit tidak sama dengan real,
penjelasannya konkrit itu anti tesinya abstrak, real itu anti tesisnya absolut
atau ideal. Misalnya laki-laki itu anti tesis dari wanita, maka hati-hatilah dalam
bersintesis, karena anti tesis dari laki-laki itu adalah yang ada dan yang
mungkin ada berarti bukan hanya wanita anti tesis dari laki-laki. Yang konkrit
bersifat sintetik dan yang abstrak bersifat analitik. Analitik
itu mau mengatakan atau mensintesiskan apapun terserah yang penting logis.
Analitiknya orang berkeluarga itu dari jadian, melamar, berunding membicarakan
hari pernikahan ( berdasarkan logika). Dikarenakan bersifat analitik maka
menghasilkan sifat berikutnya, jadi otomatis a
priori (berkemistri dengan analitik). Contohnya, seorang dokter bisa
mengobati pasiennya lewat radio (komunikasi via telpon, email dan sebagainya),
dokter ini tidak perlu melihat pasiennya untuk memberikan resep obat yang harus
dimakan pasiennya karena dokter sudah memiliki teori atau konsep yang telah
dipelajari tentang penyakit pasiennya maka dokter ini bersifat a priori (paham
walaupun tidak melihat), berdasarkan yang telah dipelajari.
Sintetik itu ada tiga perkara, adanya saling
terhubung, berlaku hukum sebab akibat, dan dunia persepsi (fakta). Akibat dari
sintetik adalah a posteriori. A posteriori
itu contohnya dokter hewan, dokter hewan baru mengetahui apa penyakit hewannya
jika dokter tersebut melihat langsung dan berkomunikasi langsung dengan
hewannya karena hewan tidak bisa berkomunikasi jarak jauh dengan manusia kalau
tidak disentuh atau dilihat secara real didepan mata (a posteriori).
Pada
zaman dahulu ada yang dinamakan zaman kegelapan, yaitu zaman bahwa kebenaran
itu adalah milik gereja, orang lain atau orang awam tidak boleh berbicara
tentang kebenaran. Korban pada zaman ini banyak salah satunya Galileo
galilei, Geosentris menuju
Heliosentris. Gereja berpendapat bahwa
bumi adalah pusat dari alam semesta. Maka muncullah revolusi Copernicus yang
disebut filsafat Copernicusianisme, beliau menulis tetapi disembunyikan agar
tidak diketahui oleh gereja. Galileo Galilei yang berusaha mengukur kecepatan
suara dari dua bukit dinyatakan bersalah karena menyalahi aturan gereja, maka
Galileo dibunuh pada waktu itu. Saintifik menganulir kebenaran yang dibawa oleh
gereja. Tenyata pusatnya alam semesta itu adalah matahari, bumi berputar pada
porosnya mengelilingi matahari, maka manusia tidaklah menempati posisi yang
sama didalam kehidupannya karena bumi itu berputar sambil bergeser mengelilingi
matahari. Pasca revolusi Copernicus maka lahirlah Rene descartes dan Davide Hume.
Analitik
a priori melahirkan aliran rasionalisme tokohnya Rene descartes. Sintetik a
priori melahirkan empirisisme tokohnya David hume. Disatu sisi ada pihak rasionalisme
disisi lain ada pihak empirisisme. Pada akhir abad ke 15 kedua aliran ini
saling bersaing, saling menyalahkan satu sama lain. Rene descartes menyatakan “tiadalah
ilmu bila tidak berdasarkan rasio”, sedangkan David hume berkata “tiadalah
ilmu jika tidak dibangun diatas pengalaman”. Maka dari pertentangan itu
lahirlah juru damai yang bernama Immanuel kant (1671).
Immanuel
kant berkata “wahai kaum rasionalisme dan kaum empirisisme ketahuilah bahwa ilmu itu tidak bisa dibangun atas rasio saja
atau pengalaman saja,” (The Critic of Pure Reason). Supaya adil maka
dari kaum rasionalisme diambil a priori dan dikaum empirisisme diambil
sintetiknya maka lahirlah teori sintetik a priori (pikirkanlah
pengalamanmu dan terapkanlah sintesismu) oleh Immanuel
Kant.
Maka
lahirlah aliran formalisme pada kaum rasionalisme (Hilbert) aliran bersifat
logisisme (Sir bertrand russel). Beyond (transendentialisme) diluar pikiran.
Maka sebenar-benarnya ayam transenden bagi cacing. Paradewa transenden bagi
para daksa. Pemimpin transenden bagi yang dipimpin. Identitas bersifat tunggal
(satu kebenarannya). Dalil phytagoras itu satu saja rumusnya. Tapi yang maha
tunggal itu adalah Tuhan, maka lahirlah aliran monisme (maha tunggal). Maha
tunggal bagi yang ada dan yang mungkin ada.
Dimensi
kehidupan itu ada material, formal, normatif dan spiritual. Dimensi kehidupan ini cocok dengan struktur
kehidupan bangsa Indonesia.
Dua
abad yang lalu muncul pemuda yang bernama Aguste Compte. Beliau kuliah di
fakultas teknik di paris tetapi drop out (tidak lulus). Akhirnya beliau membuat
buku, ide Aguste compte yaitu, semua yang disintesiskan oleh para filsuf
terdahulu itu tidak ada artinya sama sekali baginya, hidup itu yang konkrit-konkrit
saja. Jika ingin membangun dunia tidak bisa berlandaskan agama, sebab menurut
saya (Aguste compte) agama itu tidak logis, irasional maka agama diletakkan
pada dimensi paling bawah oleh Aguste Compte pada kehidupannya kemudian barulah
filsafat dan yang tertinggi adalah
metode positive atau ilmiah (saintifik). Inilah benang merahnya kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 berasal dari pemikiran agama dimarginalkan. Ini sebenarnya hanya
sebagian dari dunia, maka kurikulum 2013 menganulir fenomena compte. Tetapi dengan
cara seperti ini, fenomena ini kemajuannya sangat pesat didunia. Tetapi dimensi
kehidupan yang ada di Indonesia itu yaitu, material, formal, normatif, dan
tertinggi spiritual. Sebelum ada tekhnologi, pemuda kampung itu merasa gagah,
para ustadz juga merasa percaya diri. Tetapi ternyata menembus ruang dan waktu
dan termasuk Indonesia dengan ditopang oleh matematika murni, fisika murni,
biologi murni, kimia murni menghasilkan industrialisasi dunia barat. Tanpa disadari
menjelma dari arkaik, tribal, tradisional, feudal, modern, pos modern, pos pos
modern, kontemporer (power now). Indonesia terjepit dan dikelilingi oleh power
now, Cita-cita Indonesia itu besar tetapi tak mampu diraih. Itulah kenapa
Belanda gagal menjajah Indonesia karena mereka meletakkan agama pada dimensi
yang paling bawah, tetapi lain hal jika mereka meletakkan spiritual pada level
yang paling tinggi kemungkinan Indonesia masih dijajah sekarang. Kapitalisme,
pragmatisme, utilitarianisme, hedonisme, liberalisme terkooptasi pada kehidupan
powernow. Contohnya belajar kapanpun dan dimanapun yang saya terapkan dengan
menggunakan blog ini merupakan bagian dari power now, buka blog dan email itu ternyataterasnya
powernow. Setiap hari kita berada dibawah kendalinya powernow, tanpa
terkecuali.
Kita
belajar filsafat itu layaknya ikan kecil dilautan, dimana lautnya sudah
dicemari oleh limbah power now. Jadi sudah banyak ikan yang mati. Kita kelihatannya
masih hidup tetapi pada dasarnya banayak yang sudah mati. Seorang sufi mengatakan
hanya sedikit manusia yang masih hidup, kebanyakan dari mereka adalah mayat
hidup karena didalam hidupnya tidak ada do’a yang dilantunkan. Filsuf berkata
sebenar-benarnya aku melihat hanya sedikit orang yang masih hidup selebihnya
sudah mati karena hanya sedikit dari mereka yang berpikir karena orang mati pasti
tidak berpikir. Elegi logos berdialog dengan belalang itu, maksudnya adalah
orang yang tidak melakukan olah pikir.
Anda
itu ibarat ikan kecil tetapi mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Ikan yang
sehat semoga menghasilkan ikan kecil yang sehat pula. Fenomena Compte mengalir
terus, jadi kalau anda membeli handphone baru maka magrib dilewatkan, isya dilewatkan
dan ternyata fenomena compte itu memilih dunia daripada akhirat. Sedangkan didunia
timur ada solusinya yaitu berdo’alah seakan-akan mau mati besok berusahalah
seakan-akan masih mau hidup seribu tahun lagi.
Maka
kurikulum 2013 juga menunjukkan bahwa Indonesia semakin lemah semakin lemah
pada level dunia. Indonesia itu seperti ayam didalam lumbungnya, makelarnya kaya
raya, yang punya lumbung menjadi miskin. Maka pelan tapi pasti Indonesia mengikuti
langkah barisan power now. Menteri pendidikan membuat kurikulum 2013 dengan
diapit oleh power now maka mau tidak mau membuat kurikulum yang berbasis
saintifik (fenome kompte).
Kesimpulan
yang dapat diambil dari perjalanan fisafat ini adalah bahwa dunia semakin tua
semakin mengubah posisi Tuhan dihati dan jiwa manusia dari yang tertinggi
menuju ke arah terendah. Tetaplah menjadi ikan kecil dilautan yang tetap sehat
walaupun tercemar oleh limbah. Berusaha dan berdo’alah untuk menghasilkan
generasi yang tetap meletakkan Tuhan pada dimensi paling tinggi didalam
kehidupan, sebenar-benarnya hidup adalah menjadi saksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusannya. Yakin dan percayalah maka kamu akan sukses dunia
dan akhirat.
Terimakasih.
Semoga
refleksi ini bermanfaat,
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar