About

TRI RAHMAH SILVIANI | 15709251035 | PMat A | UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Minggu, 22 November 2015

MEMANDANG WAJAH RASULULLAH SAW

REFLEKSI KE -9 PART 2
Tri Rahmah Silviani | 15709251035
Selasa 17 November 2015
Ruang 305b gedung pasca lama.
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

MEMANDANG WAJAH RASULULLAH SAW

Jika ingin melihat elegi menggapai ramai, menggapai sepi, memandang wajah Rasulullah dan paradoks tukang cukur maka bukalah blog ini
http://powermathematics.blogspot.co.id/ 

Assalamualikum warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pada pertemuan ke sembilan ini, setelah melakukan tes jawab singkat kembali Prof Marsigit melakukan tanya jawab dengan mahasiswa PPs PMat kelas A 2015. Fungsi dari tanya jawab adalah untuk mengadakan yang mungkin ada bagi kami dan sebenar-benarnya awal dari kehidupan itu adalah bertanya. Jika engkau ingin membangun hidupmu maka bertanyalah, karena jika tidak bertanya maka engkau akan benar-benar sesat di kehidupan selanjutnya.
Pertanyaan pertama disampaikan oleh saudara Nurafni Retno Kurniasih.
Pertanyaannya adalah : Apakah soal yang diujikan pada tes jawab singkat ini adalah soal open ended?
Tanggapan Prof Marsigit, bahwa soal yang diujikan ini lebih mementingkan kepada usaha mengadakan yang masih mungkin ada, setidaknya anda menjadi memikirkan yang tadinya belum terpikirkan. Yang namanya satu sudut pemikiran, ternyata itu tidak hanya dua sudut tetapi multiple sudut jadi sebenarnya kita itu multifaced. Kalau hanya di perwayangan hanya ada 10 muka tetapi dalam kehidupan itu tidak, ujian saja bisa pada  50 sudut pandang seperti soal yang saya berikan tadi 50 soal. Sangat sulit menentukan jawaban karena jawaban tadi bersifat icon, mewakili dunianya. Tidak sembarang orang bisa membuatnya dan menjawab, mau tidak mau saya ini bisa dikatakan dewa dihadapan anda. Dewa itu beda umur beda pengalaman beda dimensi. Anda itu adalah dewa bagi dirimu yang tadi, tadi belum tahu sekarang menjadi tahu. Sebetulnya kalau kita ungkap, tiadalah sesuatu itu berubah kecuali perubahan itu sendiri (mitos), kadang-kadang orang terjebak dalam ruang dan waktu yang gelap termakan oleh mitos, maka agar tehindar dari mitos  manusia itu harus selalu berpikir.
Bahasa paradaksa, daksa itu adalah siswa dan guru itu adalah dewanya. Para dewa harus bisa menembus ruang dan waktu sesuai dengan komunitasnya, jika dewa ingin menembus ruang dan waktu sebagai guru maka dewa harus  melepas baju dewanya, akan menakut-nakuti siswa, akan menghancurkan siswa jika tetap menggunakan baju dewanya. Maksudnya bahwa guru haruslah melepas baju dewanya ketika bertemu dengan siswa, guru tidak bisa otoriter karena tidak baik bagi perkembangan siswa. Guru harus menembus ruang dan waktu siswa sehingga guru mampu mengetahui harapan-harapan siswa. Demikian juga jika kita ingin bertemu dengan dewa, misalnya bapak Jokowi bertemu dengan Obama harus memakai jas da dasi, jika memakai batik nanti dikira orang tribal. Bagaimanapun juga merubah paradigma, merubah dunia, merubah teori, ideologi untuk mampu mengenalkan batik itu sebagai icon yang universal, maka ketika ada bom dari paris maka Obama mengatakan menyerang universal value. Dan universal value itu dipegang oleh powernow, jadi tidak mudah untuk menjadi uneversal value itu butuh waktu, butuh perjuangan dari generasi ke generasi. Maka kehidupan lokal itu sangat susah untuk menjadi universal value seperti mereka. Misalnya smack down disukai banyak orang sehingga menghilangkan ketoprak dan kesenian bangsa Indonesia.
Jadi jawabannya itu berstruktur, anda bisa bertanya secara khusus pertanyaannya tadi seperti apa, jawabannya itu bisa seribu satu macam tetapi terpilih, terpilihnya itu mereduksi. Jika tidak paham atas reduksi  maka mereduksi itu ibarat pisau yang sangat tajam, ini juga fenomena comte, pisau itu bisa saja membunuh. Sekarang pertanyaanya apakah setiap keluarga tidak punya pisau, itu adalah fenomena compte. Pisau itu bisa saja membunuh tetapi pisau juga dapat untuk mengiris bawang. Tegantung orang yang menggunakannya, artinya jika kita ingin menaikkan dimensinya maka sesuatu itu selalu ada resiko. Jika di Indonesia itu tembaku dan rokoknya, tidak mudah menghilangkan rokok karena kenapa? ada petani tembakau, menghilangkan rokok berarti menghilangkan pekerjaan petani tembakau.  Maka di Amerikapun tidak mudah menghilangkan senjata karena disana ada pabrik senjata. Senjata bisa saja untuk membunuh tetapi senjata juga bisa menjadi assesories atau hadiah.
Ujian ini juga bisa menjadi instrokpeksi, maksudnya adalah seberapa jauh pemahaman mahasiswa terhadap filsafat. Maka jika mahasiswa masih mendapat nilai dibawah rata-rata maka instrokpeksilah diri anda, perbanyaklah membaca dan mebaca. Karena membaca merupakan salah satu cara manusia untuk mengadakan yang mungkin ada bagi dirinya.
Pertanyaan kedua disampaikan oleh saudara Atik Lutfi Ulin Nikmah.
Pertanyaannya adalah: Seperti apa seseorang bisa dikatan sebagai Sufi?  
Tanggapan Prof Marsigit,
Ini cerita spiritual saya, sufi itu mencoba mencari metode berdo’a yang disesuaikan dengan aturanNya dan yang lebih autentik itu seperti apa. Jika anda meyakini nabi-nabi anda, seperti dalam islam Nabi Muhammad SAW, beliaukan sudah meninggal dunia, tetapi bagaimana kita meyakininya, bagaimana cara kita menghormatinya. Misalnya kita menghormatinya dengan cara berdo’a maka bukanlah itu cara menghormatiny karena berdo’a itu adalah adabnya. Maka suatu ketika, berkumpullah para sahabat, ada yang tanya wahai Rasulullah, aku ingin mengetahui bahwa sebenar-benarnya dirimu itu seperti apa atau dengan kata lain, sebenar-benarnya wajahmu itu seperti apa? Maka Rasulullah mengatakan bahwa jika engkau ingin melihat wajahku maka tengoklah kepada anak telinga anakku, Fatimah Az-zahra. Semua sahabat menengoknya, dan mereka hanya melihat gelap dan gelap, tetapi ada salah satu sahabat yang tidak mau menengoknya yaitu Abubakar Siddiq. Rasulullah SAW bertanya, wahai Abubakar Siddiq, kenapa engkau tidak mau menengok, sedangkan semuanya itu menengok. Abubakar Siddiq menjawab ya Rasulullah, tidak perlu aku menengok lubang telinga anakmu wahai rasul, setiap hari dan setiap waktu dalam keadaan apapan aku sedang melihat wajahmu dan aku akan selalu melihat wajahmu. Abubakar siddiq itulah sahabatku/muridku yang paling cerdas, itulah maksudnya bahwa wajah Rasulullah itu tidak perlu melihat secara real tetapi tanamkan kepada hati dan jiwamu kepercayaan atas beliau maka engkau akan melihat wajah Rasulullha SAW.
Rasulullah itu muridnya malaikat jibril dan malaikat jibril itu utusan dari Tuhan, maka dari Tuhan mengalirlah sinar, guru berguru mengalir dari Rasulullah selanjutnya para sahabat kemudian para ulama terus menerus diyakini sampai sekarang maka lahirlah yang namanya ahli sunnah wal jama’ah, jadi kalau anda mau ke matahari tidak harus anda datang ke pembangkitnya cukup colokkan saja disetiap stop kontak disetiap tembok, maka ada energi yang tersimpan disitu. Itulah maksudnya peran ulama pembawa wasillah, maka carilah para ulama untuk berguru spiritual tentang kehidupan akhirat, dari merekalah kalian akan menemukan petunjuk kehidupan akhirat. Dunia ada gurunya (guru dan dosen) akhirat juga ada gurunya (sufi). Maka saya membuat elegi memandang wajah Rasulullah. Jadi sufi itu hanya menertibkan cara-cara berdo’a. Saya sadar bahwa saya bukanlah sufi karena dunia dan akhirat saya masih kacau. Sufi atau para alim ulama itu, tiap hari tiap detik menyempurnakan agamanya. Yang saya pikirkan, yang saya rasakan didalam kegiatan ritual ikhlas itu ada yang namanya medan do’a, maka setelah itu aku merasakan energi yang aku colokkan disitu jadi diriku sendiri memiliki energi.  berdo’a itulah makronya, dan mikronya jika aku sedang berdo’a maka seluruh sel didalam tubuhku ikut berdo’a. Sehingga aku membuat elegi, elegi menggapai sepi dan elegi menggapai ramai. Maknanya didalam kesepian berdo’a itu ada keramaian yang luar biasa karena semua sel-sel didalam darahku ini berdo’a. Saking ramainya jika kita tidak bisa mengendalikan diri maka kita bisa ketakutan dalam diri sendiri. Berdo’a dalam khasanah saya, memohon ampun dan menyebut nama Tuhan. Jaminannya orang yang meninggal dalam keadaan berdo’a maka dia akan masuk syurga.

Pertanyaan ketiga disampaikan oleh saya sendiri Tri Rahmah Silviani.
Pertanyaannya adalah: Bagaimana hukumnya ketika manusia melakukan sesuatu yang melampaui batas kodratnya sebagai manusia dan seakan-akan melampaui kekuasaan Tuhan? 
Tanggapan Prof Marsigit,
Jadi, kendali dari manusia yang melampaui batas adalah iman dan taqwa. Maka elegi menggapai paradoks tukang cukur bahwa
Pertanyaannya adalah apakah x adalah anggota himpunan A? Ya, Apakah x anggota A? Ya. Himpunan A beranggotankan x. Kalau x anggota A maka x tidak sama dengan x, maka x bukan anggota A, dari sini dapat dilihat bahwa semua hal didalam dunia ini memiliki kontradiksi. Fenomena comte, gara-gara punya mobil baru magrib dilewatkan, isya dilewatkan. Jika di ekstensifkan mencampurkan positive dan negative menjadi satu. Secara spiritual tak akan bisa masuk syurga orag seperti itu karena masih ada unsur nerakanya. Jika berdiskusi secara filsafat dan mengait-ngaitkan dengan tuhan, itu tidaklah sopan misalnya tuhan menciptakan gunung, kemudian sintesis manusia bahwa Tuhan tak mampu mengangkat gunug, mustahil Tuhan tidak mampu mengangkat gunung. Hentikan saja jika mensintesiskan sesuatu yang melampaui batas kodrat manusia, tidak usah diteruskan, beristigfarlah. Maka carilah Tuhan dengan hatimu jangan dengan pikiranmu, jika engkau mencari Tuhanmu dengan teori Auguste Compe atau metode ilmiah, kamu tidak akan menemukanNya. Itu pertanda manusia tidak sempurna, maka Immanuel Kant mengatakan bahwa dunia ini ada awal dan tidak ada awal, secara matematika bahwa dunia itu memiliki awal tetapi dalam waktu yang bersamaan bahwa dunia itu tidak memiliki awal karena secara filsafat manusia tidak sempurna. Berdasarkan keyakinan atau spiritual bahwa dunia itu berawalan, yang mengawali adalah Tuhan, dunia tidak berakhir dan dunia itu berakhir secara spiritual dunia itu berakhir dan di akhiri oleh Tuhan. Maksudnya bahwa jika dipikirkan secara logika kita tidak mengetahui awal hidup kita, apakah dari rahim ibu? Tidak karena ada pemikiran orang tua yang mengawalinya, pemikiran itu bersumber dari awal yang mana, wallahualam.
Akhir kata untuk mengakhiri perkuliahan ini Prof Marsigit kembali mengingatkan kami untuk terus meningkatkan kualitas coment kami pada blognya beliau. Buatlah komentar dengan mensintesiskan pemikiranmu, jangan copy paste pendapat orang lain, walaupun engkau copy paste sebutkanlah nama orangnya karena jika tidak disebutkan maka itulah yang disebut plagiat. Jadi buatlah komentar yang berkualitas dari hasil pemikiranmu.
Semoga bermanfaat.
Jika ada kesalahan dalam refleksi ini saya mohon maaf dan mohon diperbaiki.
Terimakasih.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar