About

TRI RAHMAH SILVIANI | 15709251035 | PMat A | UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Minggu, 20 September 2015

REFLEKSI PERTEMUAN KE-2 FILSAFAT ILMU

Refleksi Pertemuan Ke 2
Tri Rahmah Silviani | 15709251035
Selasa 15 september 2015
Ruang 305b gedung pasca lama.
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

OBYEK FILSAFAT ADALAH YANG ADA DAN YANG MUNGKIN ADA

Pada hari selasa 15 september 2015, kuliah pertemuan kedua dengan filsafat ilmu, Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA membuka perkuliahan dengan membaca doa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Pada pertemuan kedua ini bapak prof Marsigit menjelaskan berbagai komponen filsafat.
Obyek filsafat adalah yang “ada” dan yang “mungkin ada”. Apa yang dimaksud dari kata yang ada dan yang mungkin ada? Kedua kata itu mengacu ke kejadian yang dialami oleh manusia,  kejadian itu terjadi terus menerus, satu milliar pangkat satu milliarpun tak mampu mendifinisikan karakter yang “ada” dan yang “mungkin ada”. Contohnya kejadian diwaktu lampau bisa menjadi yang  “mungkin ada”, tetapi yang “mungkin ada” bagi siapa dulu? “ada” bagi saya belum tentu “ada” bagi dirimu, “ada” bagi dirimu belum tentu “ada” bagi diriku dan “ada”ku bisa saja “mungkin ada” bagi dirimu, “ada”mu bisa saja “mungkin ada” bagi diriku. Bisa saja “ada” untuk diriku dan “ada” untuk dirimu. Contoh “ada” bagi bapak Marsigit dan “mungkin ada” bagi mahasiswa kelas A, bapak Marsigit berkata: siapa yang mengetahui tentang tanggal lahir cucu saya? Kemudian mahasiswa kelas A tidak ada yang bisa menjawab tentang itu. Bapak Marsigit mengatakan, Itu berarti “ada” dalam diriku tetapi tidak ada bagi dirimu tetapi melihat potensinya bisa jadi “mungkin ada” bagi dirimu.
Belajar filsafat pada hakikatnya yaitu mengadakan dari yang “mungkin ada” menjadi ada. Sehebat-hebatnya dirimu tak akan mampu mengetahui tanggal lahir cucu saya artinya manusia tidak mengetahui seluruh kejadian yang ada dimuka bumi ini akan tetapi jika engkau diberikan anugerah untuk mengetahui semuanya maka manusia tak mungkin hidup karena yang tidak sempurna itulah kehidupan . Karunia Tuhan memberi keterbatasan dalam hidup manusia supaya manusia bisa hidup. Contohnya frekuensi suara, jika kamu bisa mendengarkan semua frekuensi suara dimuka bumi ini maka manusia tidak akan bisa hidup karena mendengar frekuensi suara yang bermacam-macam, bisa jadi membuat gendang telinga manusia rusak atau meninggal pada saat itu.
Bapak Marsigit mengatakan cucu saya lahir tanggal 24 desember 2011, menyebabkan kami didalam ruangan tersebut menjadi mengetahui kapan tanggal lahir cucunya, sehingga kejadian “ada” untuk bapak Marsigit menjadi “ada” pula untuk mahasiswa kelas A. kejadian dari “mungkin ada” menjadi “ada” tergantung konteksnya, bisa lewat cerita atau lewat membaca atau bisa lewat kegiatan lainnya. Untuk kejadian yang “ada” untuk bapak marsigit dan yang “ada” bagi mahasiswa kelas A yaitu kegiatan perkuliaha pada hari ini.
Mengetahui tanggal lahir cucu bapak Marsigit itu baru wadahnya belum isinya. Jika kita menyebutkan nama seseorang seribu kalipun itu hanya baru wadahnya saja, atau melihat rupanya, itu juga merupakan bagian dari wadah seseorang tersebut, tetapi seseorang itu sendiri ada dimana? Jika kita menjawab seseorang itu ada di suatu tempat maka itupun baru raga / badan dari seseorang itu yang merupakan bagian dari wadah tersebut. Dimana isi dari wadah tersebut, tugas berfilsafat untuk  menjawabnya.  Jawabannya adalah ada  didalam hati dan pikiranmu. Seseorang yang ada dalam pikiranmmu seperti apa? Satu diantara semilliar karakter takkan cukup kamu sebutkan untuk menggambarkan sifat atau karakter seseorang tersebut. Maka yang ada dalam pikiranmu adalah wadah yang  berisi, wadah itu seseorang itu kemudian isinya yaitu karakter seseorang tersebut.
Kalau kamu bisa menjelaskan karakter seseorang itu menuju sempurna, itu hebat tapi jika kamu menjelaskannya dengan sempurna maka kamu tidak hidup lagi. Bahkan dirimu tak mampu menyebut semua karakter sifat dirimu maka kamu tak pernah tuntas mengetahui dirimu. Maka sebenar-benarnya dirimu tidaklah akan pernah sama seperti namamu, hidupmu itu tidak konsisten didalam kekonsistensianya dan sebaliknya hidupmu konsisten  didalam ketidak  konsistensianya. Semilliar katapun tidak akan mampu menyebutkan perilakumu dari kamu kecil sampai sekarang. Sebenar-benarnya manusia tidak sesuai dengan namanya. Kenapa? Bahwa prinsip berfikir menurut Immanuel Kant ada dua yaitu:  1. Prinsip kontradiksi karena memang predikat tidak sama dengan subyeknya.  Contoh rambut hitam, sampai kiamatpun hitam tidak akan sama dengan rambut, rambut sebagai subyeknya sedangkan hitam adalah predikat dari rambut. Rambut itu wadah, isinya hitam atau pada contoh sebelumnya sesorang itu subyek atau wadahnya sedangkan karakternya adalah isi atau predikatnya. Sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara wadah dan isi. Hanya Tuhan yang sama dengan namanya. 2. Hukum identitas a=a, dalam ilmu matematika a sama dengan a sedangkan menurut filsafat a tidak sama dengan a, a pertama lebih dulu ditulis sedangkan a kedua diitulis setelah sama dengan, bisa jadi a pertama kurus dan a kedua gemuk, kenapa bisa berbeda? karena filsafat peduli akan ruang dan waktu. Menurut filsafat, ilmu metematika itu ada dua yaitu aritmetika dan geometri dan yang selanjutnya hanya gabungan atau variasi dari keduanya. Aritmetika sebagai waktu, geometri sebagai ruang.
Bahasa filsafat itu bahasa analog yaitu bahasa yang sangat lembut, jarak antara pikiran dan hati adalah antara dunia dan akhirat. Cara mempelajari filsafat yaitu dengan metode hidup,  metode hidup adalah secara kodrati ciptaan Tuhan, misalanya dari pengalaman hidup. Seharusnya  mempelajari matematika itu dengan metode hidup, belajar tanpa menyadarinya tetapi mampu memahami agar tidak terjadi kegoncangan dalam pikiran.  Pada akhirnya nanti engkau akan mempunya filsafatmu sendiri jika kamu menggunakan metode hidup dalam mempelajari filsafat.
Problem  filsafat ada dua macam. 1. Jika dia diluar pikiranmu yang jadi masalah ialah bagaimana kamu mengertinya. 2. Jika dia yang engkau pikirkan itu ada dalam pikiranmu maka bagaimana kamu mampu menjelaskannya.
Contoh sebuah benda atau kacamata yang diletakkan diatas meja  berarti kaca mata tersebut sudah ada diluar pikiran kita karena kita melihat fisik dari kacamata tersebut, tetapi akan ada didalam pikiran kita jika kita memikirkannya. Kemudian kacamata itu dibungkus, menurut aliran filsafat  realist murni mengatakan bahwa kacamata itu hilang karena tidak bisa dilihat, tidak bisa disentuh wujudnya. Aliran kedua yaitu Idealis mengatakan masih jelas sekali bahwa kacamatanya ada karena sudah dipikirkan, aliran ini menganggap ada walaupun bendanya hilang yang penting sudah ada ada dalam pikirannya. Tokohnya yaitu Plato dan Aristoteles, Plato adalah penganut idealis dan Aristotels penganut realist murni. Plato menganggap bahwa yang tidak bisa dilihat dan disentuh masih bisa kita rasakan sedangkan Aristoteles menggap bahwa yang bisa dilihat itulah yang ada dan yang tidak bisa dilihat ialah tidak ada. Pada perkembanagan ilmu dan Teknologi, Plato bisa menjadi Aristoteles, begtipun Aristoteles bisa menjadi Plato.  Saran bagi guru SD yaitu, gunakan metode pembelajaran aristoteles karena pendiidkan anak dewasa dengan anak-anak itu berbeda, anak-anak lebih membutuhkan pelajaran yang real, mereka belum mampu menganalisa seperti aliran idealis. Guru-guru yang tidak paham karakter anak muridnya adalah musuh filsafat. Rusaknya dunia ini karena motif orang-orang yang membutuhkan ekonomi bukan karena panggilan nurani. Ketidak telitian manusia, kecerobohan manusia menjadi kelemahan manusia. Dari ketidak telitian dan kecerobohan manusia itulah yang menyebabkan manusia bisa hidup. Manusia  hanya bisa menuju keketuntasan dan kesempurnaan, jadi berusaha menuju ketuntasan dan kesempurnaan itu.

Setelah selesai menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada, bapak Marsigit memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. Seorang dari kami bertanya tentang definisi lupa ketika manusia sudah melakukan kegiatan dan mensavenya didalam pikiran,  Jawaban bapak marsigit tentang lupa yaitu ingatan atau kejadian yang pernah “ada” sudah bergeser diluar pikiran manusia. Bersyukurlah kita karena diberikan sifat lupa, karena jika kita mengingat semua kejadian yang kita alami baik itu baik maupun buruk maka manusia akan menjadi stress. Supaya itu tidak terjadi, perlahan-lahan Tuhan menggeser ingatan kita, tetapi tidak menghilangkannya sama sekali karena jika kita diingat kembali tentang kejadian atau kegitan itu perlahan-lahanpun Tuhan menggembalikan ingatan itu. Pertanyaan kedua dari mahasiswa yaitu tentang salah dan benar, Didalam filsafat tidak ada salah dan benar, istilah salah dan benar hanya ada dalam dunia psikologi atau orang awam. Dalam ilmu agamapun tidak ada salah dan benar, yang ada hanya kata ikhlas dan tidak ikhlas, iklas berarti benar dan tidak ikhlas berarti salah. Dalam ilmu filsafat benar itu sesuai dengan ruang dan waktu, sedangkan salah tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sebenar-benar hidup berusaha untuk mencapai ruang dan waktu, ruang dan waktu bersifat relative sesuai konteks tata krama kehidupan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar